Thursday, August 23, 2012

Sebuah cerita di sudut kota bernama Jogja














Ada sebuah cerita kecil yang kita torehkan sebagai bagian dari masa lalu. Di sebuah sudut kota yang bernama Jogja. Ada cerita antara aku dan kamu. Yang dahulu menjadi kita. Bersama. Menyusuri trotoar pinggir jalan bergandengan tangan di bawah senja yang jingga. Aku bersyukur menikmati senja yang jingga bersamamu. Bersenda gurau, saling melempar senyum, menghabiskan waktu untuk berbicara tentang topik yang tak terencana sebelumnya. Tapi kita menikmatinya. Ah senangnya!

Di sebuah sudut kota bernama Jogja. Ada rindu yang saling berpaut. Kita bertemu. Membayar semua hariku tanpamu. Kita terus berjalan menyusuri jalan hingga raga kita berhenti ditempat yang tak terencana pula. Semua mengalir apa adanya. Tiada kepura-puraan, jujur, dan hangat. Ada euphoria yang meletup-letup di dalam dada. Ada malu yang tersembunyi dibalik senyuman. Ada bahagia yang terlukis di dalam tawa. Semua melengkapi komunikasi dua arah sore itu.

Di sebuah sudut kota bernama Jogja. Ada pelukan hangat yang tak terlupakan. Ada rasa yang memaksa untuk menjeda waktu, menghentikan kebisingan jalan, meluruhkan rindu yang menggebu. Pelukan yang berasal dari kamu. Menjadi pelabuhan rindu, tempat sandaran lelahku, dan mendengar berisik keluhku. Ada janji untuk bersama setelah hari itu. Ada kenangan yang dibungkus haru tersimpan di dalam kalbu. Sudut itu menjadi saksinya. Aku dan Kamu, begitulah hari itu, di sudut kota bernama Jogja.

No comments:

Post a Comment