Hari itu
hujan gerimis di kampus, perlahan udara terasa dingin dan tercium bau tanah
gersang yang basah oleh air hujan. Cuaca seperti ini benar-benar tidak
mendukung adanya perkuliahan apalagi di jam-jam sore seperti ini, di tambah
hari itu cuma ada satu mata kuliah.
“Hidup
itu gak adil ya?” sms terakhir yang ku baca darinya, entah apa yang terjadi
pada dirinya aku pun tak menanyakannya, hanya saja aku merasakan hal yang sama
dan ku jawab “ya, memang”. Sebenarnya aku ingin tahu apa yang di maksud
olehnya, tapi aku urungkan niatku dan perlahan memasukkan hape ke dalam tas.
“Ayo
ambil kaset CD di rental depan!” kata Tika yang membuyarkan lamunanku.
“Oke” ku
jawab singkat
Kami pun
menuruni tangga hingga lantai satu dan berjalan menuju rental, Tika yang sejak
tadi bicara tentang mata kuliah yang cuma ku jawab seenggannya saja terlihat
kehausan dan pergi membeli minuman. Aku duduk di depan rental sambil menunggu
balasan sms darinya perlahan melamun dan tak tahu lagi, mungkin cuaca
mendung sama galau nya dengan suasana hatiku. (tsah, apa ini? anggap aku
tidak pernah menulisnya)
Perlahan
aku berpikir tentang sms nya, “hidup tidak adil” !!! kenapa dia bisa mengatakan
hal itu, dia orang terbodoh yang pernah aku temui yang bercita-cita melanjutkan
kuliah S2 di UGM padahal otaknya gak pintar-pintar amat, dia yang bahkan tidak
pernah merasakan bagaimana susahnya kerja paruh waktu dan bagaimana sulitnya
begadang tiap malam hanya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah dengan mata yang
sangat ngantuk bisa berkata hidup itu tidak adil. Teringat suara ibunya ketika
dia sedang menelfonku membuatku ingin tertawa tentang tingkah lucunya bingung
memilih bros mana yang cocok untuk acara seminar. Dan dia pun dengan entengnya
menjawab “ah sama aja buk,udahlah”. Dia orang yang frontal, apapun yang di
katakannya selalu sesuai dengan apa yang dirasakannya tanpa peduli penilaian orang
lain terhadap dirinya, dia yang hanya ingin hidup sederhana (katanya), padahal
tiap hari gak pernah makan di rumah. Eh bentar, kok jadi ngebahas si bego yak? Udahlah
terusin aja, eh maksudku hentikan sekarang juga. (kepikiran *ambil hape sms
dia* *setelah sms baru tersadar “ngapain juga sms dia?” #hedehh)
Intinya
adil atau tidaknya hidup itu tergantung bagaimana cara kita memandang suatu
permasalahan dan sejauh mana rasa syukur kita terhadap hidup kita. Ya Allah,
ampunilah hambamu yang sering kufur atas nikmatmu. Terkadang hidup itu bukan
menunggu berhentinya hujan tapi belajar menikmati badai.
*jadi
males ngelanjutin cerita, sms an aja sama dia*
No comments:
Post a Comment