Tuesday, June 26, 2012

SAT_DIS

“ aku kangen kamu banget, benar-benar kangen. aku cuma pengen ngomong itu aja, gak perlu di bales gak apa2 kok (: “

Sejak setengah jam yang lalu Disty menatap layar hape-nya, ia sedang menulis pesan singkat. Bukan karena Disty baru punya hape atau baru bisa menulis sms di hape karena sudah setengah jam ia beradu pandang dengan si hape, dan baru bisa menulis 77 karakter. Ya, itu karena Disty menulis pesan lalu menghapusnya, menulis lagi, menyimpannya di draft, menghapusnya, menulisnya lagi, mengganti kalimatnya, menghapusnya, menulisnya lagi dan bukannya di kirim tapi di simpan nya lagi dalam draft. Ia kemudian mengambil napas yang panjang, perlahan menghembuskannya dan membulatkan tekat untuk mengirim sms itu kepada Satria, lelaki yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya, membuatnya insomnia, dan menjadikannya gelisah.
“Harus cepat dikirim dis” katanya dalam hati.
“Okelah, ini yang terakhir, lagipula aku tidak meminta balasan darinya jadi tidak masalah kalau aku mengirim pesan singkat ini” pikirnya.
Teringat dalam benaknya sms terakhir  Satria yang di dapatnya seminggu yang lalu, membuatnya mengurungkan niat untuk mengirim sms.

Satria
081911667xxx
“aku lagi pengen sendiri dulu, jadi untuk sementara waktu gak bisa hubungi kamu. Bukan berarti aku mau pergi dari kamu, tapi aku ingin belajar menerima keadaan yang sekarang”

“Aku gak bermaksud mengganggu dia kok, cuma aku pengen ngomong aja kalau aku kangen banget sama dia” pikiran Disty mulai melayang entah kemana
Kemudian Ia membuka draft pesan yang belum ia kirim tadi dan dengan penuh keyakinan ia mengirim sms itu. Ia memencet tombol send, dan MESSAGE SENT.
“Akhirnya, pesan terkirim” batinnya
Bukannya merasa lega karena dia telah mengirim sms itu dengan mengumpulkan tekat dan memberanikan diri untuk menekan tombol send, tapi hati Disty justru berkecambuk karena bingung menunggu balasan sms dari Satria, walaupun dalam sms nya dia menulis untuk tidak di balas namun Disty tetap berharap mendapatkan pesan balasan. Menit demi menit pun berganti namun tak terdengar lagu The One That Got Away nya Katty Perry yang digunakan sebagai ring-tone sms handphone Disty.  Hati Disty mulai tak karuan dan Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan memikirkan hal-hal yang positif.
“Mungkin Satria sedang ada kelas di kampus, hari ini kan Satria ada kuliah” Disty mencoba menenangkan pikiran nya sendiri.
Setengah jam berlalu dan masih tetap belum ada balasan, akhirnya Disty benar-benar kecewa. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk membohongi hatinya dan berusaha seolah-olah tidak ada apa-apa. Ia tertunduk lesu, perlahan menaruh hape yang sejak tadi di pegangnya ke atas meja belajar. Ketika baru ditaruh tiba-tiba terdengar bunyi suara hapenya, tanpa pikir panjang Disty meraih hapenya dan membuka pesan baru

Adit
082140055xxx
“Hey, lo kenapa bey? Gak apa2 kan? Apa gua harus ke rumah lo sekarang?”

Ya Tuhanku, sejenak hati Disty syok dan kemudian sadar ia langsung memukul jidatnya kemudian mengetuk meja memukul jidat mengetuk meja lagi, begitu seterusnya sambil berfikir kenapa dia bisa salah kirim sms.

“Bego banget sih lo Dis? Kenapa lo kirim ke Adit? Ah Bego lu” Disty menggerutu sambil mengecek sent items sms nya. Kemudian Disty langsung menjawab sms Adit

“Gue gak apa2 kok, lagi gak konsen. Nyantai aja hehe muach :* ”

Ternyata Satria benar-benar telah hebat mempengaruhi pikiran Disty, tidak hanya menjadikan Disty gelisah tapi juga telah merenggut konsentrasi Disty hingga pada akhirnya Disty benar-benar sadar bahwa dia tidak bisa seperti ini terus-terusan. Dia butuh Satria untuk mem-balance kan hidupnya.
Disty pun terkulai lemah dan menjatuhkan badannya yang lemas ke kasur  sambil menangis, Dia merasa sedih dengan dirinya sendiri, dengan pilihannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Satria. Dia belajar tegar namun pada akhirnya dia kalah dengan hatinya. Disty tidak bisa menghentikan isak tangis di wajahnya sambil memeluk erat boneka spongebob yang pernah diberikan Satria dulu. Disty kalut dan tak bisa mengontrol emosi, akhirnya dia mengatakan pada dirinya sendiri untuk berhenti melakukan hal bodoh ini lagi.
“Hentikan! Hentikan! Hentikan sekarang! Jangan menangis Disty” Teriaknya dalam isak tangis.
Tiba-tiba terdengar suara motor Adit yang di parkir di depan halaman rumah Disty, Adit langsung saja pergi ke kamar sahabatnya itu karena dia khawatir dengan Disty setelah tau Disty salah kirim sms tadi siang ke nomor hapenya padahal dia sangat tahu untuk siapa sms itu seharusnya dikirimkan.
Setibanya di kamar Disty, Adit disuguhi pemandangan  dimana sahabatnya terlihat kecapekan menangis sambil mengusap airmatanya.
“Dis, lo kenapa?” tanya Adit  sambil memeluk Disty yang lemah terkulai tak berdaya
“Dit, kamu kok kesini?” jawab Disty lirih
“Iyalah, siapa juga yang bakalan biarin lo sendirian setelah membaca sms lo tadi siang yang salah kirim ke gua” jawab Adit lugas
Disty pun menangis dan tak menjawab apa-apa
“Jadi Satria, alasan kenapa lo gak ngampus dua hari ini? Tapi bukannya kalian gak kenapa2 kan Dis? Kalian baik-baik aja kan?” tanya Adit bertubi-tubi
“Gue udah putus” jawab Disty dengan mata berkaca-kaca
“Putus?” Adit kaget dan balik tanya lagi “Kok bisa? Kapan? Kenapa? Siapa yang mutusin? Tapi kalian....”
Adit  terus bertanya hingga Disty pun menghentikan pertanyaan yang belum selesai di lontarkan Adit dengan menjawab
“Udah 2 minggu kok” Disty menutup pertanyaan Adit dengan kalimat singkat
“Alasannya?” tanya Adit bingung
“Aku gak bisa Dit kalau harus LDR, aku capek, aku sedih, aku bingung, tapi aku masih cinta Satria” jawab Disty sambil menangis
“Kalau masih cinta kenapa putus? Sejauh ini kalian kan baik-baik aja, dan kalian enjoy aja LDRan” imbuh Adit
“Itu dulu, ......sebelum semua terasa hambar...... Kami para pemuja LDR hanya bisa berpacaran via video-call,..... telfon,...... dan skype-an aja. Kita beda kampus,.....kita beda kota,..... gua di Surabaya dan...... Satria di Jogja. Kita sibuk dengan urusan masing-masing,......... kejenuhan pun melanda. Dulunya semua baik Dit,...........hingga pada akhirnya aku jenuh......... dan mulai menyibukkan diri dengan tugas-tugas kampus untuk melupakan Satria..... agar ketika kita benar-benar putus aku nya siap dan gak sesakit ini............... Lagi pula untuk apa mempertahankan hubungan yang...... abu-abu” ungkap Disty terpenggal penggal dengan isak tangisnya
“Ada pihak ketiga?” tanya Adit
“enggak” jawab Disty seenggannya
“Jadi?” tanya Adit cepat
“Dit...” jawab Disty sambil menangis
Adit pun memeluk sahabatnya itu dan membiarkannya menangis di bahunya sampai ia benar-benar yakin untuk menanyakan apa yang menyebabkan sahabatnya seperti itu.
Sejam berlalu, Adit mengambilkan air putih untuk sahabatnya itu di dapur. Hari itu keluarga Disty sedang pergi ke luar kota karena mengunjungi nenek Disty yang sakit, Disty tidak ikut karena ayah ibunya tahu kalau Disty akan ujian semester minggu depan jadi Disty dibiarkan untuk tidak ikut dan menjaga rumah. Adit adalah sahabat Disty sejak SMA, meskipun dia tahu bahwa rasa sayangnya pada Disty itu lebih dari sekedar sahabat dan bahkan Adit pernah menyatakan perasaannya pada Disty ketika lulus SMA yang tidak diterima Disty karena Disty hanya menjadikan hubungan mereka sebatas teman. Ya, hubungan mereka berada di friendzone saja, namun hal itu tidak menjadikan Adit untuk tidak sayang, bahkan Adit masih tetap sayang dengan sahabatnya itu meskipun dia tidak bisa memilikinya sebagai pacar.
“Nih, minum dulu” Adit menyodorkan minuman ke Disty
“Makasih Adit” Disty menatap Adit sambil mengambil air putih yang disodorkan Adit padanya.
Dalam hati Disty semakin merasa bersalah, kenapa sejak dulu dia selalu merepotkan Adit, kenapa pula dia harus salah mengirim sms ke Adit. Kenapa, Kenapa, Kenapa, dan Kenapa. Disty sayang Adit, tapi sebatas teman. Adit ibarat malaikat yang diturukan oleh Tuhan untuk menjaganya dari segala kesuraman dunia, beruntungnya Disty yang mempunyai Adit di sisinya.
“Udah sore, kamu buruan mandi gih dan jangan lupa dandan ya bey” kata Adit pada Disty
“Dandan? Emang mau kemana Dit?” tanya Disty
“Kita pergi minum keluar, itung-itung nyari udara segar agar kamu gak sedih lagi. Atau kita nonton film komedi aja gimana? Kebetulan ada film baru di Cinema8 ? “ jelas Adit
“Tapi...” jawab Disty setengah bingung
“Udahlah, ikut aja daripada kamu sedih dan memikirkan hal-hal yang itu-itu terus” jawab Adit sambil menunggingkan senyumnya ke Disty
“Oke deh” jawab Disty
Akhirnya Disty dan Adit pergi ke sebuah kafe dan memesan dua cangkir coffee lattee karena ternyata bioskopnya sudah penuh, jadi mereka tidak kebagian tempat.  Di kafe pun Disty masih terlihat sedih dan kantung mata hitam di bawah mata Disty cukup menjelaskan keadaan Disty yang sering sulit tidur tiap malam.
Disty mengaduk secangkir kopi di hadapannya sambil melamun
“Ya Tuhan, kenapa bukan Adit? Kenapa bukan Adit saja pacarku? Jadi aku tidak harus LDR-an kan? Kenapa aku tidak cinta Adit,Tuhan? Kenapa harus Satria?” Lamun Disty
Hari mulai larut, tanpa disadari sudah malam dan badan Disty mulai menunjukkan reaksi lelah. Disty memutuskan untuk meminta Adit mengantarnya pulang. Adit pun mengiyakan keinginan sahabatnya itu, dan bergegas untuk mengantarnya pulang. Ketika perjalanan menuju ke rumah, hape Disty berbunyi dan ternyata itu sms dari Lia, adik Satria yang sekarang kelas 3 SMA. Satria sering curhat tentang Disty ke adiknya, Lia.

Lia Ondet
0898784xxx
“Kak, sebenarnya kak Disty ada masalah apa sih sama kak Satria? Kok beberapa hari ini kak Satria aneh banget gak kayak biasanya, tiap hari pulang malem bahkan kadang gak pulang, kata teman2 kampus nya juga jarang ke kampus. Hari ini malah lebih parah, sejak kemarin siang sampai detik ini gak pulang, gak tau deh kemana, mama jadi bingung. Kemarin sempet bilang ke aku, kalau kak Disty sms aku, suruh bilang kalau kak Satria kangen banget. Kenapa juga gak bilang sendiri.”

Membaca sms Lia, hati Disty kaget dan kepikiran tentang Satria, keadaan Satria setelah putus dari Disty yang mengharukan itu. Pikirnya, Satria benar-benar ingin melupakan Disty hingga tak menghubunginya selama 2 minggu ini. Ternyata Satria juga kacau setelah putus dari Disty, bahkan ia terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa ia juga kangen Disty. Ya, begitulah Satria, kegengsiannya terkadang tidak tepat untuk saat-saat seperti ini. Baju di toko aja bisa diturunkan harganya dengan diskon, namun kegengsian Satria gak bisa. Disty berusaha menghubungi Satria tapi nomornya tidak aktif.
Sesampainya dirumah, Adit langsung pamitan untuk pulang karena sudah terlalu larut, jadi ia membiarkan Disty untuk masuk kedalam dan beristirahat.
Disty masuk ke kamarnya, namun ia merasa aneh dengan ruang tamunya. Ia baru sadar ternyata dia lupa mengunci rumahnya ketika pergi keluar dengan Adit tadi, yah sikap ceroboh Disty masih saja menempel padanya. Disty melihat-lihat seisi rumah takut kalau ada yang kemalingan. Namun, semua masih lengkap. Hanya saja yang aneh dengan ruang tamunya adalah banyaknya bunga mawar merah kesukaan Disty ditaruh sedemikian rapinya di setiap sisi ruangan dan terlihat indah, ketika Disty melihat atap, terlihat tulisan besar yang dengan jelas merupakan tulisan tangan yang ditulis di sebuah pamflet besar yang masih basah cat nya di tempel diatap ruang tamu. Disty takjub, pun juga bingung, ia membaca tulisan itu sambil menangis, dalam tangisnya terdengar suara lelaki dari belakang badannya yang tidak asing di telinganya berkata
“Lain kali kalau keluar pintunya dikunci dulu” ucapnya lirih
Disty menengok kebelakang, dan Ya dia melihat Satria yang berdiri di belakangnya. Disty pun tak ambil lama berpikir langsung memeluk erat sang empunya rindu hati Disty.
“Ya, aku maafkan” ucap Disty yang merupakan jawaban dari tulisan Satria di pamflet yang di pasang di atap ruang tamu Disty.

“Maafin aku Dis, Maafin semua kesalahanku, aku yang terlalu sibuk dengan kegiatan organisasi mahasiswa di kampus, yang sering meniadakan mu, dan semua kesalahan yang pernah aku perbuat. Yang jelas aku gak bisa hidup tanpa kamu, aku kacau. Aku cinta kamu, peri kecilku. Disty”

“Ya, aku maafin kamu. Aku pun juga banyak salah Sat, aku juga sengaja meniadakanmu karena kejenuhanku, tapi aku sadar, aku sangat mencintaimu dan tak bisa hidup juga tanpamu” tambah Disty melengkapi kalimatnya yang pertama dalam dekapan Satria
Disty menunggingkan senyum di wajahnya, terlihat jelas lesung pipi yang terhalang oleh airmatanya yang tak henti menetes.
“Udahlah, kalau kita emang gak bisa hidup sendiri-sendiri kenapa harus dipaksain? Selalu ada kesempatan kedua kan Dis? If you want me too hun, kita balikan yaa” Ucap Satria sambil mengelus rambut Disty pelan.

Universitas Airlangga, 11:00
Gelak tawa itu, gelak tawa yang di rindukan oleh teman-teman Disty pun terdengar sudah.
Tak henti-hentinya Disty tertawa sambil meladeni pose Tika yang sedari tadi jeprat-jepret ngajak Disty foto. Adit, Chaca, Tika, Rio, dan Disty menuju kantin.
“Jadi, hari ini siapa yang nraktir makan di kantin?” ucap Tika
“Ya udah pasti Chaca dan Rio lah, mereka kan baru jadian” jawab Disty
“Wosss, oke sip” tambah Adit
“Yeee, lo kan juga baru balikan Dis, woo!!” jawab Chaca
“Hahahahaha” mereka tertawa bersama



2 comments: