“ aku kangen kamu banget, benar-benar
kangen. aku cuma pengen ngomong itu aja, gak perlu di bales gak apa2 kok (: “
Sejak
setengah jam yang lalu Disty menatap layar hape-nya, ia sedang menulis pesan
singkat. Bukan karena Disty baru punya hape atau baru bisa menulis sms di hape
karena sudah setengah jam ia beradu pandang dengan si hape, dan baru bisa
menulis 77 karakter. Ya, itu karena Disty menulis pesan lalu menghapusnya,
menulis lagi, menyimpannya di draft,
menghapusnya, menulisnya lagi, mengganti kalimatnya, menghapusnya, menulisnya
lagi dan bukannya di kirim tapi di simpan nya lagi dalam draft. Ia kemudian mengambil napas yang panjang, perlahan
menghembuskannya dan membulatkan tekat untuk mengirim sms itu kepada Satria,
lelaki yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya, membuatnya insomnia, dan
menjadikannya gelisah.
“Harus
cepat dikirim dis” katanya dalam hati.
“Okelah,
ini yang terakhir, lagipula aku tidak meminta balasan darinya jadi tidak
masalah kalau aku mengirim pesan singkat ini” pikirnya.
Teringat
dalam benaknya sms terakhir Satria yang
di dapatnya seminggu yang lalu, membuatnya mengurungkan niat untuk mengirim
sms.
Satria
081911667xxx
“aku lagi pengen sendiri dulu, jadi
untuk sementara waktu gak bisa hubungi kamu. Bukan berarti aku mau pergi dari
kamu, tapi aku ingin belajar menerima keadaan yang sekarang”
“Aku gak
bermaksud mengganggu dia kok, cuma aku pengen ngomong aja kalau aku kangen
banget sama dia” pikiran Disty mulai melayang entah kemana
Kemudian
Ia membuka draft pesan yang belum ia
kirim tadi dan dengan penuh keyakinan ia mengirim sms itu. Ia memencet tombol send, dan MESSAGE SENT.
“Akhirnya,
pesan terkirim” batinnya
Bukannya
merasa lega karena dia telah mengirim sms itu dengan mengumpulkan tekat dan
memberanikan diri untuk menekan tombol send,
tapi hati Disty justru berkecambuk karena bingung menunggu balasan sms dari
Satria, walaupun dalam sms nya dia menulis untuk tidak di balas namun Disty
tetap berharap mendapatkan pesan balasan. Menit demi menit pun berganti namun
tak terdengar lagu The One That Got Away
nya Katty Perry yang digunakan sebagai ring-tone
sms handphone Disty. Hati Disty mulai tak
karuan dan Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan memikirkan hal-hal
yang positif.
“Mungkin
Satria sedang ada kelas di kampus, hari ini kan Satria ada kuliah” Disty
mencoba menenangkan pikiran nya sendiri.
Setengah
jam berlalu dan masih tetap belum ada balasan, akhirnya Disty benar-benar
kecewa. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk membohongi hatinya dan berusaha
seolah-olah tidak ada apa-apa. Ia tertunduk lesu, perlahan menaruh hape yang
sejak tadi di pegangnya ke atas meja belajar. Ketika baru ditaruh tiba-tiba
terdengar bunyi suara hapenya, tanpa pikir panjang Disty meraih hapenya dan
membuka pesan baru
Adit
082140055xxx
“Hey, lo kenapa bey? Gak apa2 kan? Apa
gua harus ke rumah lo sekarang?”
Ya
Tuhanku, sejenak hati Disty syok dan kemudian sadar ia langsung memukul
jidatnya kemudian mengetuk meja memukul jidat mengetuk meja lagi, begitu
seterusnya sambil berfikir kenapa dia bisa salah kirim sms.
“Bego
banget sih lo Dis? Kenapa lo kirim ke Adit? Ah Bego lu” Disty menggerutu sambil
mengecek sent items sms nya. Kemudian Disty langsung menjawab sms Adit
“Gue gak apa2 kok, lagi gak konsen. Nyantai
aja hehe muach :* ”
Ternyata
Satria benar-benar telah hebat mempengaruhi pikiran Disty, tidak hanya menjadikan
Disty gelisah tapi juga telah merenggut konsentrasi Disty hingga pada akhirnya
Disty benar-benar sadar bahwa dia tidak bisa seperti ini terus-terusan. Dia
butuh Satria untuk mem-balance kan
hidupnya.
Disty pun
terkulai lemah dan menjatuhkan badannya yang lemas ke kasur sambil menangis, Dia merasa sedih dengan
dirinya sendiri, dengan pilihannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Satria.
Dia belajar tegar namun pada akhirnya dia kalah dengan hatinya. Disty tidak
bisa menghentikan isak tangis di wajahnya sambil memeluk erat boneka spongebob
yang pernah diberikan Satria dulu. Disty kalut dan tak bisa mengontrol emosi,
akhirnya dia mengatakan pada dirinya sendiri untuk berhenti melakukan hal bodoh
ini lagi.
“Hentikan!
Hentikan! Hentikan sekarang! Jangan menangis Disty” Teriaknya dalam isak
tangis.
Tiba-tiba
terdengar suara motor Adit yang di parkir di depan halaman rumah Disty, Adit
langsung saja pergi ke kamar sahabatnya itu karena dia khawatir dengan Disty
setelah tau Disty salah kirim sms tadi siang ke nomor hapenya padahal dia
sangat tahu untuk siapa sms itu seharusnya dikirimkan.
Setibanya
di kamar Disty, Adit disuguhi pemandangan dimana sahabatnya terlihat kecapekan menangis
sambil mengusap airmatanya.
“Dis, lo
kenapa?” tanya Adit sambil memeluk Disty
yang lemah terkulai tak berdaya
“Dit,
kamu kok kesini?” jawab Disty lirih
“Iyalah,
siapa juga yang bakalan biarin lo sendirian setelah membaca sms lo tadi siang
yang salah kirim ke gua” jawab Adit lugas
Disty pun
menangis dan tak menjawab apa-apa
“Jadi
Satria, alasan kenapa lo gak ngampus dua hari ini? Tapi bukannya kalian gak
kenapa2 kan Dis? Kalian baik-baik aja kan?” tanya Adit bertubi-tubi
“Gue udah
putus” jawab Disty dengan mata berkaca-kaca
“Putus?”
Adit kaget dan balik tanya lagi “Kok bisa? Kapan? Kenapa? Siapa yang mutusin?
Tapi kalian....”
Adit terus bertanya hingga Disty pun menghentikan
pertanyaan yang belum selesai di lontarkan Adit dengan menjawab
“Udah 2 minggu
kok” Disty menutup pertanyaan Adit dengan kalimat singkat
“Alasannya?”
tanya Adit bingung
“Aku gak
bisa Dit kalau harus LDR, aku capek, aku sedih, aku bingung, tapi aku masih
cinta Satria” jawab Disty sambil menangis
“Kalau
masih cinta kenapa putus? Sejauh ini kalian kan baik-baik aja, dan kalian enjoy
aja LDRan” imbuh Adit
“Itu
dulu, ......sebelum semua terasa hambar...... Kami para pemuja LDR hanya bisa
berpacaran via video-call,..... telfon,...... dan skype-an aja. Kita beda
kampus,.....kita beda kota,..... gua di Surabaya dan...... Satria di Jogja.
Kita sibuk dengan urusan masing-masing,......... kejenuhan pun melanda. Dulunya
semua baik Dit,...........hingga pada akhirnya aku jenuh......... dan mulai
menyibukkan diri dengan tugas-tugas kampus untuk melupakan Satria..... agar
ketika kita benar-benar putus aku nya siap dan gak sesakit ini...............
Lagi pula untuk apa mempertahankan hubungan yang...... abu-abu” ungkap Disty
terpenggal penggal dengan isak tangisnya
“Ada
pihak ketiga?” tanya Adit
“enggak”
jawab Disty seenggannya
“Jadi?”
tanya Adit cepat
“Dit...”
jawab Disty sambil menangis
Adit pun
memeluk sahabatnya itu dan membiarkannya menangis di bahunya sampai ia
benar-benar yakin untuk menanyakan apa yang menyebabkan sahabatnya seperti itu.
Sejam
berlalu, Adit mengambilkan air putih untuk sahabatnya itu di dapur. Hari itu
keluarga Disty sedang pergi ke luar kota karena mengunjungi nenek Disty yang
sakit, Disty tidak ikut karena ayah ibunya tahu kalau Disty akan ujian semester
minggu depan jadi Disty dibiarkan untuk tidak ikut dan menjaga rumah. Adit
adalah sahabat Disty sejak SMA, meskipun dia tahu bahwa rasa sayangnya pada
Disty itu lebih dari sekedar sahabat dan bahkan Adit pernah menyatakan
perasaannya pada Disty ketika lulus SMA yang tidak diterima Disty karena Disty
hanya menjadikan hubungan mereka sebatas teman. Ya, hubungan mereka berada di friendzone saja, namun hal itu tidak
menjadikan Adit untuk tidak sayang, bahkan Adit masih tetap sayang dengan
sahabatnya itu meskipun dia tidak bisa memilikinya sebagai pacar.
“Nih,
minum dulu” Adit menyodorkan minuman ke Disty
“Makasih
Adit” Disty menatap Adit sambil mengambil air putih yang disodorkan Adit
padanya.
Dalam
hati Disty semakin merasa bersalah, kenapa sejak dulu dia selalu merepotkan
Adit, kenapa pula dia harus salah mengirim sms ke Adit. Kenapa, Kenapa, Kenapa,
dan Kenapa. Disty sayang Adit, tapi sebatas teman. Adit ibarat malaikat yang
diturukan oleh Tuhan untuk menjaganya dari segala kesuraman dunia, beruntungnya
Disty yang mempunyai Adit di sisinya.
“Udah
sore, kamu buruan mandi gih dan jangan lupa dandan ya bey” kata Adit pada Disty
“Dandan?
Emang mau kemana Dit?” tanya Disty
“Kita
pergi minum keluar, itung-itung nyari udara segar agar kamu gak sedih lagi.
Atau kita nonton film komedi aja gimana? Kebetulan ada film baru di Cinema8 ? “ jelas Adit
“Tapi...”
jawab Disty setengah bingung
“Udahlah,
ikut aja daripada kamu sedih dan memikirkan hal-hal yang itu-itu terus” jawab
Adit sambil menunggingkan senyumnya ke Disty
“Oke deh”
jawab Disty
Akhirnya
Disty dan Adit pergi ke sebuah kafe dan memesan dua cangkir coffee lattee karena ternyata bioskopnya
sudah penuh, jadi mereka tidak kebagian tempat.
Di kafe pun Disty masih terlihat sedih dan kantung mata hitam di bawah
mata Disty cukup menjelaskan keadaan Disty yang sering sulit tidur tiap malam.
Disty
mengaduk secangkir kopi di hadapannya sambil melamun
“Ya
Tuhan, kenapa bukan Adit? Kenapa bukan Adit saja pacarku? Jadi aku tidak harus
LDR-an kan? Kenapa aku tidak cinta Adit,Tuhan? Kenapa harus Satria?” Lamun
Disty
Hari
mulai larut, tanpa disadari sudah malam dan badan Disty mulai menunjukkan
reaksi lelah. Disty memutuskan untuk meminta Adit mengantarnya pulang. Adit pun
mengiyakan keinginan sahabatnya itu, dan bergegas untuk mengantarnya pulang. Ketika
perjalanan menuju ke rumah, hape Disty berbunyi dan ternyata itu sms dari Lia,
adik Satria yang sekarang kelas 3 SMA. Satria sering curhat tentang Disty ke
adiknya, Lia.
Lia Ondet
0898784xxx
“Kak, sebenarnya kak Disty ada masalah
apa sih sama kak Satria? Kok beberapa hari ini kak Satria aneh banget gak kayak
biasanya, tiap hari pulang malem bahkan kadang gak pulang, kata teman2 kampus
nya juga jarang ke kampus. Hari ini malah lebih parah, sejak kemarin siang
sampai detik ini gak pulang, gak tau deh kemana, mama jadi bingung. Kemarin
sempet bilang ke aku, kalau kak Disty sms aku, suruh bilang kalau kak Satria
kangen banget. Kenapa juga gak bilang sendiri.”
Membaca
sms Lia, hati Disty kaget dan kepikiran tentang Satria, keadaan Satria setelah
putus dari Disty yang mengharukan itu. Pikirnya, Satria benar-benar ingin
melupakan Disty hingga tak menghubunginya selama 2 minggu ini. Ternyata Satria
juga kacau setelah putus dari Disty, bahkan ia terlalu gengsi untuk mengatakan
bahwa ia juga kangen Disty. Ya, begitulah Satria, kegengsiannya terkadang tidak
tepat untuk saat-saat seperti ini. Baju di toko aja bisa diturunkan harganya
dengan diskon, namun kegengsian Satria gak bisa. Disty berusaha menghubungi
Satria tapi nomornya tidak aktif.
Sesampainya
dirumah, Adit langsung pamitan untuk pulang karena sudah terlalu larut, jadi ia
membiarkan Disty untuk masuk kedalam dan beristirahat.
Disty
masuk ke kamarnya, namun ia merasa aneh dengan ruang tamunya. Ia baru sadar
ternyata dia lupa mengunci rumahnya ketika pergi keluar dengan Adit tadi, yah
sikap ceroboh Disty masih saja menempel padanya. Disty melihat-lihat seisi
rumah takut kalau ada yang kemalingan. Namun, semua masih lengkap. Hanya saja
yang aneh dengan ruang tamunya adalah banyaknya bunga mawar merah kesukaan
Disty ditaruh sedemikian rapinya di setiap sisi ruangan dan terlihat indah,
ketika Disty melihat atap, terlihat tulisan besar yang dengan jelas merupakan
tulisan tangan yang ditulis di sebuah pamflet besar yang masih basah cat nya di
tempel diatap ruang tamu. Disty takjub, pun juga bingung, ia membaca tulisan
itu sambil menangis, dalam tangisnya terdengar suara lelaki dari belakang
badannya yang tidak asing di telinganya berkata
“Lain
kali kalau keluar pintunya dikunci dulu” ucapnya lirih
Disty
menengok kebelakang, dan Ya dia melihat Satria yang berdiri di belakangnya.
Disty pun tak ambil lama berpikir langsung memeluk erat sang empunya rindu hati
Disty.
“Ya, aku
maafkan” ucap Disty yang merupakan jawaban dari tulisan Satria di pamflet yang
di pasang di atap ruang tamu Disty.
“Maafin aku Dis, Maafin semua kesalahanku,
aku yang terlalu sibuk dengan kegiatan organisasi mahasiswa di kampus, yang
sering meniadakan mu, dan semua kesalahan yang pernah aku perbuat. Yang jelas
aku gak bisa hidup tanpa kamu, aku kacau. Aku cinta kamu, peri kecilku. Disty”
“Ya, aku
maafin kamu. Aku pun juga banyak salah Sat, aku juga sengaja meniadakanmu
karena kejenuhanku, tapi aku sadar, aku sangat mencintaimu dan tak bisa hidup
juga tanpamu” tambah Disty melengkapi kalimatnya yang pertama dalam dekapan
Satria
Disty
menunggingkan senyum di wajahnya, terlihat jelas lesung pipi yang terhalang
oleh airmatanya yang tak henti menetes.
“Udahlah,
kalau kita emang gak bisa hidup sendiri-sendiri kenapa harus dipaksain? Selalu
ada kesempatan kedua kan Dis? If you want
me too hun, kita balikan yaa” Ucap Satria sambil mengelus rambut Disty
pelan.
Universitas Airlangga, 11:00
Gelak
tawa itu, gelak tawa yang di rindukan oleh teman-teman Disty pun terdengar
sudah.
Tak
henti-hentinya Disty tertawa sambil meladeni pose Tika yang sedari tadi
jeprat-jepret ngajak Disty foto. Adit, Chaca, Tika, Rio, dan Disty menuju
kantin.
“Jadi,
hari ini siapa yang nraktir makan di kantin?” ucap Tika
“Ya udah
pasti Chaca dan Rio lah, mereka kan baru jadian” jawab Disty
“Wosss,
oke sip” tambah Adit
“Yeee, lo
kan juga baru balikan Dis, woo!!” jawab Chaca
“Hahahahaha”
mereka tertawa bersama
Pengalaman Pribadi
ReplyDeletefiksi, rodok di dramatisir ben apik :')
ReplyDelete