Tak dapat aku pungkiri, sisi melodramatik ku
selalu muncul disetiap hujan turun. Aku memang pecandu hujan dan penikmat
senja. Dan di hujan kesekian ini, aku tenggelam dalam imajiku dan teringat akan salah
satu surat manis yang sempat ku baca beberapa hari yang lalu. Surat tersebut ditulis oleh Bapak B.J Habibie yang diperuntukkan kepada almarhum istrinya Ibu
Ainun. Aku benar menyukainya, bahkan aku meneteskan airmata di deretan kata
yang tertulis didalamnya. Sederhana, namun rangkaian kata beliau menyentuh
relung hatiku. Perjalanan cinta mereka adalah sejarah. Aku sengaja memposting
surat tersebut di halaman blogku. :”)
Sebenarnya ini bukan tentang kematian, bukan itu, karena aku tahu bahwa
semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu
yang pasti.
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. Tapi yang
membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan bahwa kematian
benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan seseorang, sekejap saja, lalu rasanya
mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati. Hatiku seperti melompong,
hilang isi.